Minggu, 24 Agustus 2008

AJEG BALI TERANCAM...

Oleh : Puguh WP, S.KH

Belum lama ini masyarakat Bali digegerkan dengan isu akan di bangunnya lokalisasi atau dengan kata lain akan dilegalkannya praktik prostitusi di pulau seribu pura ini. Tidak tanggung-tanggung yang mewacanakan rencana pembangunan lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) ini langsung dikomandani oleh Wakil Gubernur Bali IGN Alit Kesuma. Sebentar lagi Bali akan bertambah julukan sebagai "Pulau 1001 Malam". Pasalnya, sebuah diskusi di gedung Wiswa Sabha, Kantor Gubernur Bali, Selasa (30/10) lalu, menurut berita sebuah koran, menyetujui lokalisasi PSK di Bali. Rembug yang diprakarsai Wagub Bali, Alit Kusuma Kelakan, itu tidak saja diikuti para tokoh dan pakar, juga anggota DPRD beberapa kabupaten, Majelis Desa Pekraman (MDP), Sabha Walaka PHDI dan spiritualis Ashram Gandhi. Wacana lokalisasi PSK mendapat sokongan dari banyak elemen! Luar biasa, wacana lokalisasi seakan-akan sudah menjadi etos perjuangan yang melahirkan seorang pahlawan. Lazimnya perjuangan, apakah mereka yang menyokong disebut para patriot dan yang menentang disebut musuh atau pengkhianat?"
Diantara penyokong lokalisasi ada yang berkomentar, Bali jangan seperti kapal Titanic yang dianggap kokoh, tapi nyatanya tenggelam dengan mudah dan tinggal kenangan. Analogi itu dikaitkan dengan paparan seorang akademisi bergelar profesor yang juga pakar HIV-AIDS, bahwa ada 4.000 orang yang positif terjangkit AIDS di Bali. Di antara 7.500 PSK yang menjajakan kenikmatan seksual di pulau ini, 20 persen mengidap positif penyakit yang belum ada obatnya itu. Kondisi real ini, bagi mereka yang berdiskusi di Wiswa Sabha, dianggap tidak bisa dihindarkan, lalu opsi lokalisasi disetujui sebagai pamungkas. Gampang benar!". "Dengan lokalisasi, kegiatan para penjaja lendir, kata Alit Kelakan, tak seperti sekarang, dimana keberadaan PSK tidak diakui, namun banyak 'pegawai berbaju dinas' minta uang. Lebih lanjut Alit Kelakan juga menuturkan jika langkah revolusioner tak segera diambil, maka Bali tinggal menunggu munculnya 'tsunami' HIV/AIDS seperti di Papua dan Afrika. "Apapun pro kontra yang ada, saya akan tetap jalan," tegas Kelakan. Dia juga menambahkan bahwa masyarakat Bali harus mau mengakui hal itu (lokalisasi) untuk kemudian dicarikan solusi mengatasinya secara kemanusiaan. Langkah yang akan ditempuh dalam waktu dekat yakni dengan menggandeng germonya untuk turut mengawasi perilaku PSK. Dengan begitu, PSK tidak akan bisa berkeliaran di sembarang tempat dan pemeriksaan kesehatan rutin bisa dilakukan.
Sudah tentu masalah ini menarik perhatian banyak kalangan terutama para agamawan Bali. Sebagaimana Dewa Ngurah Swastha yang anggota Majelis Desa Pekraman (MDP) Bali saja seperti marah besar ketika mendengar persetujuan atas lokalisasi PSK itu. Dia yang mengaku berada di Jakarta saat rembug di Wiswa Sabha dilaksanakan, berkomentar, ”Mereka yang setuju itu pasti bukan berdarah Bali”. MDP sebagai lembaga jelas tidak setuju, mungkin ada oknum congek yang setuju. Harus dilawan, apa pun pertimbangannya!” Malah rekannya di lembaga yang sama, A.A. Ngurah Arnawa, mengatakan tak tahu menahu masalah lokalisasi itu. Inilah kebiasaan mencatut yang sudah mendarah daging, bukan hanya uang, nama rakyat pun dicatut. Nada protes itu juga di lontarkan oleh Gerakan Mahasiswa Hindu Anti Lokalisasi PSK, mereka tidak sepakat dengan rencana pembangunan lokalisasi PSK dan kami tidak menginginkan pulau seribu pura ini akan berubah menjadi pulau seribu PSK.
Dalam hal ini PUSKOMDA Bali secara tegas menolak dengan rencana Wakil Gubernur Bali IGN Alit Kelakan dalam rencananya membangun lokalisasi PSK. Hal ini disebabkan karena :
Jelas-jelas praktek pelacuran dilarang secara tegas dalam Syariat Islam
Pembangunan lokalisasi bukanlah satu-satu jalan yang mujarab untuk membendnung angka kejadian HIV-AIDS, karena secara tidak langsung dengan pembangunan lokalisasi PSK itu seolah-olah Bali merestui dengan adanya budaya free sex yang sekarang saja sudah seakan menjadi lauk-pauk bagi kehidupan kaum muda di Bali dan hal ini akan berdampak pada dekadensi moral yang sudah tidak berbentuk ini menjadi hancur lebur. Tidak dapat dipungkiri lagi jika hal ini terus berjalan Bali akan hancur karena generasi muda dan masyarakatnya meremukkan bangunannya dengan prostitusi, kasino, narkoba, HIV- AIDS, korupsi, dll.
PUSKOMDA Bali merupakan bagian dari masyarakat yang peduli akan masa depan Bali, menuju Bali yang Ajeg dan lebih maju
Mengajak dan menghimbu kepada seluruh elemen masyarakat Bali khususnya para pemudanya untuk melakukan gerakan kembali kepada moral dan agama.

1 komentar:

Indra Gunawan mengatakan...

waduhhh,,,
jangan sampai di bali dibangun yang kyk gituan dech.emang ajeg bali makin terancam nich.
saya juga punya tulisan tentang "pentingnya sebuah le,baga dakwah kampus" liat aj di gun-H-ismail.blogspot.com